Beijing - Dikenal sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, China justru dianggap bukan tempat yang baik untuk berinvestasi. Profesor ilmu perekonomian di University of California Peter Navarro mengingatkan para investor untuk tidak membenamkan modalnya di China karena model perekonomiannya yang tidak berkelanjutan.
Saat berinvestasi di China yang Anda peroleh adalah ekspor yang didorong merkantilis untuk China ditambah dengan stimulus Keynesian-on-steroid yang terjadi di tingkat kota. Itu berarti membangun segala macam infrastruktur publik dengan mencuri lahan dari para petani," tuturnya seperti dikutip dari CNBC Kamis, (16/4/2015).
Navarro juga menyinggung lambannya laju pertumbuhan China saat ini. Selain itu rendahnya permintaan ekspor China dari Amerika Serikat dan Eropa.
"Masalahnya cukup sederhana, Eropa dan AS yang berkontribusi pada 10 persen pertumbuhan China setiap tahun dalam 30 tahun terakhir kini terlalu lemah untuk mempertahankan kuota tersebut," terangnya.
Selain itu, China juga kini tengah berhadapan dengan persoalan kenaikan gaji, masalah ketenagakerjaan hingga krisis air. Tak hanya itu, pemerintah China juga harus bergulat dengan gelembung harga properti dan pasar modal yang tak terlalu baik.
Pada Rabu pekan ini, badan statistik China mengumumkan, produk domestik bruto (PDB) China tumbuh di level tujuh persen pada kuartal pertama. Angka tersebut menunjukkan perlambatan dari 7,3 persen di kuartal sebelumnya.
PDB yang baru dirilis tersebut menunjukkan laju pertumbuhan China yang paling lambat dalam enam tahun terakhir. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa China tengah kehilangan momentum. (Sis/Ndw/Liputan6.com, )